Rabu, 24 Oktober 2007

Museum Kretek

Sumber : heedawiwix.blogspot.com


Menemukan ‘rokok’ di kota-kota di Indonesia, bisa dipastikan segampang membalikkan telapak tangan. Tapi menemukan benda-benda antik seputar pembuatan rokok?Anda harus ke museum Kretek Kudus.

Bagi jantung manusia, rokok bisa menjadi petaka. Tapi bagi jantung pemda Kudus, rokok adalah berkah. Tiap tahun industri rokok di kota ini menghasilkan pendapatan rata-rata satu triliun, dan memberi makan lebih dari sembilan puluh ribu karyawan pabrik-pabrik rokok di Kudus.

Karena alasan itulah, kota Kudus mendapat julukan “Kota Kretek”. Untuk lebih menegaskan platform itu, pada tahun 1985, pemerintah kabupaten Kudus mendirikan museum khusus bernama “Museum Kretek Kudus”.

Museum yang didirikan untuk menyelamatkan benda-benda bersejarah yang berkaitan dengan industri rokok ini terletak di jalan Getas Pejaten 155 Jati, Kudus. Untuk menuju ke sana, kita cukup sekali naik angkot dari terminal Kudus. Itupun semua angkot bisa menjadi pilihan. Lalu turun di pertigaan PLN jalan R Agil Kusumadya. Dari sana, kita harus berjalan sejarak 500 meter. Jika malas jalan kaki, cukup siapkan tiga ribu perak, dan abang-abang becak siap mengantar.

Museum itu berdiri di atas tanah seluas 1.500 m2. Di area yang sama, Pemkab Kudus mendirikan rumah khas Kudus, lengkap dengan ruang Gedongan, “ruang khusus” pengantin baru. Dinding-dindingnya berhias ukiran khas Kudus (paduan budaya Hindu, Budha, Cina, dan Arab).

Luas bangunan museum itu sendiri tak seberapa (lebih kurang hanya separo dari luas auditorium Undip). Meski sempit, koleksi museum rokok ini cukup lengkap. Mulai dari alat produksi rokok, bahan baku rokok, hingga rokok itu sendiri.

Umumnya, ada lima koleksi besar alat produksi rokok di museum ini; koleksi gilingan cengkeh (alat perajang cengkeh glondong), koleksi gilingan tembakau (alat pengurai tembakau), koleksi krondo (alat yang digunakan untuk memisahkan batang tembakau yang kasar dengan yang halus), dan koleksi alat perajang tembakau.

Semua ditata menjadi dua bagian; koleksi peralatan tradisional dan modern. Peralatan tradisional ditata di sisi kiri ruangan, sedangkan yang modern, tertata di sisi kanan ruangan. Tidak main-main, museum ini menyimpan alat-alat tradisional yang langka dan “berumur”. Lihat saja alat penggulung rokok yang berangka tahun 10-10-1938.

Sedangkan untuk perlatan yang tergolong modern banyak berupa asbak, gantungan kunci, korek api, payung, topi, jam, tas, gelas, cangkir, termos, t-shirt dan lain-lain. Logo-logo perusahaan rokok Kudus juga terpampang di sana. Tak hanya logonya, rokok-rokok produksi perusahaan Kudus (dari segala jaman) juga tersimpan di sana, lengkap. Semuanya terpajang di semacam etalase. Letaknya tak jauh dari etalase lain yang berisi koleksi keramik.

Selain itu, ada juga koleksi bahan baku rokok. Ada 17 jenis tembakau dan 10 jenis cengkeh dari berbagai dunia yang ikut nampang di sana. Tak hanya itu, miniatur proses produksi zaman sekarang, mesin produksi masa kini dan gedung pusat pengelola rokok-rokok asli Kudus (ditunjukkan dengan foto-foto) juga tersedia.

Yang menjadi inspirasi pendirian museum ini tak lain adalah Nitisemito. Memang, sejarah rokok Kudus tak bisa dipisahkan dari usaha Nitisemito. Tukang kopi ini pada tahun 1906 mendirikan pabrik rokok bermerk Bal Tiga. Rokok produksinya berupa campuran tembakau dan cengkeh yang dibungkus daun jagung kering yang dibesut (dihaluskan), disebut dengan Klobot. Tak disangka, usaha ini ternyata maju pesat. Setiap harinya, Bal Tiga menghasilkan dua juta batang rokok per hari. Begitu besarnya permintaan itu hingga Nitisemito mengerahkan 6000 orang tenaga buruh. Lama kelamaan, banyak warga Kudus yang meniru jejak Nitisemito.

Foto-foto yang menggambarkan sejarah perjuangan Nitisemito dalam mengembangkan usaha rokok pertama di Kudus, bisa kita saksikan di bagian kiri bangunan. Berseberangan dengan koleksi alat produksi rokok versi tradisional.

Foto-foto para “penerus perjuangan” Nitisemito juga terpampang di sana, di dinding bagian tengah museum. Mereka adalah Oei Wie Gwan (pendiri PR Djarum, tahun 1951), M.C. Wartono (pendiri PR Sukun, tahun 1948), Koo Djee (pendiri PR Nojorono, tahun 1932), dan H. A. Ma’ruf (pendiri PR Djambu Bol, tahun 1937).

Untuk bisa menikmati itu semua, Anda tak perlu pusing menyiapkan kocek. Pengunjung museum hanya dikenakan sumbangan sukarela. Besarnya tak ditentukan. Sumbangan sukarela ini lalu dikumpulkan dan ditambahi alokasi dari PPRK (Persatuan Perusahaan Rokok Kudus) untuk merawat museum.

Ironisnya, meski tak bertarif. Museum ini bisa dikatakan sepi pengunjung. Tiap bulan, jumlah pengunjung hanya berkisar 300-an orang, atau perharinya rata-rata sepuluh pengunjung. Itupun kebanyakan pelajar, yang justru bisa dikatakan bukan komunitas penikmat rokok.

Sebaliknya, para perokok di Kudus (khususnya) dan di Indonesia (umumnya) tampaknya lebih suka menghisap rokok daripada mengetahui sejarah dan pernak-pernik proses pembuatan rokok Tak terkecuali sopir angkot yang siang itu saya tumpangi.

“Males.” Ujar sopir angkot itu sambil tetap mengoperasikan angkot yang ia kendarai.***


Links

Buffalo Bill

Buku Kretek

Museum kretek

Sejarah Rokok di Kudus

Sejarah Kretek Indonesia

Sejarah Singkat Rokok Kretek Indonesia

Kretek

Kretek ialah rokok yang diperbuat daripada sebatian tembakau, bunga cengkih, dan 'sos' perisa. Namanya rokok ini merupakan perkataan Indonesia yang berasal daripada bunyi gemersik yang dihasilkan oleh bunga cengkih apabila dibakar. Secara amnya, kretek mengambil masa yang lebih lama untuk menghisap, berbanding dengan rokok biasa yang mempunyai saiz yang sama.

Kretek dicipta pada awal 1880-an oleh Haji Jamahri, seorang penduduk Kudus, Jawa, Indonesia, sebagai caranya untuk menghantar ubat eugenol daripada bunga cengkih ke dalam paru-paru kerana ubat ini dipercayai dapat merawat asma ketika itu. Apabila sakit dadanya pulih disebabkan "rawatan"nya itu, beliau memulakan pemasaran ciptaannya di kampungnya tetapi sebelum beliau dapat menjualnya secara besar-besaran, beliau meninggal dunia. M. Nitisemito kemudian mengambil alih tempatnya dan memulakan memperdagangkan rokok baru ini.

Kretek merupakan jenis tembakau yang jauh lebih banyak dihisap di Indonesia, di mana hampir 90% daripada perokok-perokok menghisap kretek berbanding tembakau biasa. Terdapat beratus-ratus pengilang kretek di Indonesia, termasuk syarikat-syarikat tempatan yang kecil serta jenama-jenama yang utama. Kini pengilang-pengilang kretek di Indonesia menggajikan melebihi 180,000 pekerja, dan menyebabkan negara ini merupakan 95% daripada pasaran bunga cengkih di seluruh dunia. Kebanyakan jenama antarabangsa yang terkenal, termasuknya Bentoel, Djarum, Gudang Garam, Sampoerna, Dji Sam Soe, dan Wismilak, berasal dari Indonesia.

Di Amerika Syarikat, kretek telah dikaitkan dengan seniman-seniman dan subbudaya-subbudaya goth, punk, serta indie. Nat Sherman di Amerika Syarikat juga menghasilkan rokok dengan jenama "A Touch of Clove", tetapi rokok ini bukannya kretek yang benar kerana ia mengandungi perisa bunga cengkih di dalam penapis rokok dan bukannya bunga cengkih yang benar yang dicampurkan dengan tembakau.

Sejarah Singkat Rokok Kretek Indonesia

Tulisan awal tentang tembakau berasal dari Christophorus Columbus tahun 1492, yang
melaporkan penduduk asli Benua Amerika senang menghisap tembakau untuk mengusir
rasa letih. Daun tembakau juga digunakan untuk keperluan upacara ritual dan bahan
pengobatan di kalangan Suku Indian. Kemudian para penakluk dan penjelajah dari Eropa
mulai menghisap daun tembakau sehingga kebiasaaan ini menyebar keseluruh penjuru
dunia (Budiman & Onghokham,1987).

Rokok merupakan benda yang tidak asing lagi bagi penduduk Indonesia malahan
keberadaan rokok di Indonesia sudah mengakar. Legenda percintaan antara Roro Mendut
dan Pranacitra yang menampilkan ikon rokok sebagai obyek dari cerita yang ada di Jawa
tersebut membuktikan bahwa keberadaan rokok di tanah Jawa khususnya dan di Indonesia
pada umumnya sudah mapan. Legenda tersebut mengkisahkan Roro Mendut yang dibebani
pajak oleh Tumenggung Wiraguna sebesar tiga real sehari yang disebabkan cintanya
ditolak oleh Roro Mendut. Untuk membayar pajak yang dibebankan oleh Tumenggung
Wiraguna maka Roro Mendut membuka home industry rokok. Rokok produksi Mendut
diserbu peminat khususnya kaum pria, salah satunya adalah Pranacitra yang kemudian
menjalin cinta dengan Mendut.

Kebiasaan merokok mulai menyebar di pulau Jawa karena adanya kabar bahwa
kebiasaan merokok dapat menyembuhkan sakit bengek atau sesak napas. Mula-mula Haji
Djamari penduduk Kudus yang menderita sakit di bagian dadanya mempelopori
penggunaan minyak cengkeh dalam mengobati penyakitnya dan ternyata penyakitnya mulai
sembuh. Dengan naluri bisnisnya maka Haji Djamari mulai membuat “rokok obat” yang
diproduksi dalam skala industri rumah tangga dan laku di pasaran. Pada saat itu “rokok
obat” lebih dikenal dengan nama “rokok cengkeh”, kemudian sebutan tersebut berganti
menjadi “rokok kretek” karena bila rokok ini dibakar maka berbunyi berkemeretekan.
(Budiman & Onghokham,1987)

Perkembangan rokok kretek Indonesia dimulai di Kudus pada tahun 1890 kemudian
menyebar ke berbagai daerah lain di Jawa Tengah antara lain Magelang, Surakarta, Pati,
Rembang, Jepara, Semarang juga ke Daerah Istimewa Yogyakarta (Gatra, 2000: 54).
Perkembangan industri rokok di Indonesia ditandai dengan lahirnya perusahaan rokok
besar yang menguasai pasar dalam industri ini, yaitu PT. Gudang Garam,Tbk yang berpusat
di Kediri, PT. Djarum yang berpusat di Kudus, PT.HM Sampoerna, Tbk yang berpusat di
Surabaya, PT. Bentoel yang berpusat di Malang dan PT. Nojorono yang berpusat di Kudus.
Rokok Indonesia memiliki cita rasa yang berbeda dengan rokok luar negeri yang
biasa dikenal dengan nama rokok putih. Rokok Indonesia, yang dikenal dengan rokok
kretek (clove cigarette), mempunyai cita rasa yang berbeda karena adanya pemanfaatan
bahan baku cengkeh (sebagai tambahan aroma) selain tembakau sebagai bahan pokoknya.
Dalam sejarah perkembangannya produksi rokok cenderung mengalami peningkatan. Hal
ini disebabkan oleh banyak hal, salah satu sebabnya adalah makin dikenalnya rokok kretek
sehingga permintaan untuk rokok kretek meningkat. Sebelum tahun 1975 industri rokok
Indonesia masih didominasi oleh rokok putih yang diimpor. Setelah tahun 1975 industri
rokok kretek mampu menjadi primadona di negerinya sendiri.

Industri rokok di Indonesia merupakan industri yang banyak menyerap tenaga kerja
(sumber daya manusia, SDM). SDM dibutuhkan mulai dari penanaman tembakau dan
cengkeh di perkebunan, pengeringan tembakau dan cengkeh, perajangan tembakau dan
pelintingan rokok di pabrik-pabrik sampai pedagang asongan yang memasarkan rokok di
jalanan. Industri rokok di Indonesia menyerap tenaga kerja sekitar 500.000 karyawan, yang
bekerja langsung pada pabrik dan pada seluruh level struktur organisasi (Swasembada,
1999: 44). Penyerapan tenaga kerja tidak hanya ada di pabrik rokok saja tetapi bila
ditambah dengan jumlah orang yang terlibat dari hulu sampai hilir yang diawali dengan
petani tembakau dan cengkeh, karyawan produksi kertas pembungkus rokok, sampai
karyawan dalam jalur distribusi (ritel, outlet dan pedagang asongan), jumlah tenaga kerja
yang terserap dalam industri ini sekitar 18 juta jiwa (Gatra, 2000: 48). Perkembangan
teknologi memacu juga modernisasi industri rokok di Indonesia diawali dengan mesinisasi
yang dipelopori oleh PT. Bentoel pada tahun 1968 sehingga produksinya disebut dengan
sigaret kretek mesin (SKM). Walaupun ada modernisasi tetapi kebutuhan tenaga kerja
masih tetap tinggi yang diserap oleh proses produksi pelintingan rokok yang dikerjakan
oleh tenaga manusia dan kita kenal produknya selama ini dengan nama sigaret kretek
tangan (SKT).

BUFFALO BILL

Data teknis :

  • Jenis rancangan : kemasan
  • Jenis produk : lain-lain ( kertas rokok )
  • Nama produk : Buffalo Bill
  • Nama produsen : tidak tertera
  • Alamat produk : Indonesia
  • Nomor daftar legal : 369765
  • Lembaga berwenang : Tidak tertera
  • Nomor hak paten : 369765
  • Visual yang tampak : pria bertopi biru, berjenggot, background kuning kecoklatan, tulisan Buffalo Bill berwarna biru, data -data produksi kemasan
  • budaya yang mempengaruhi : barat (Amerika)

Links :

Buffalo Bill
Data Teknis
Template
Tafsiran
Tokoh Buffalo Bill
Buku Kretek
Museum kretek

BUFFALO BILL

Template : Links :

Buffalo Bill
Data Teknis
Template
Tafsiran

Tokoh Buffalo Bill
Museum kretek
Buku Kretek

RACUN TIKUS & CELENG


Template :


Links :

RACUN TIKUS & CELENG


Data teknis :
  • Jenis rancangan : label
  • Jenis produk : pangan ( racun )
  • Nama produk : Racun Tikus & Celeng
  • Nama produsen : Sampurna
  • Alamat produk : tidak tertera
  • Nomor daftar legal : 379-7-1968
  • Lembaga berwenang : tidak tertera pada kemasan
  • Nomor ijin : 379-7-1968
  • Visual yang tampak : gambar tikus dan celeng mati, merk dagang, simbol racun berbahaya
Links :

TJAP KLEMBAK GARA-GARA NGERENG

Template :

TJAP KLEMBAK GARA-GARA NGERENG

Data teknis :
  • Jenis rancangan : label
  • Jenis produk : tembakau
  • Nama produk : Tjap Klembak Gara-Gara Ngereng
  • Nama produsen : Per. Sentel Gara-Gara
  • Alamat produk : Muntilan (Jawa Tengah)
  • Nomor daftar legal : 149417-201455
  • Lembaga berwenang : tidak tertera pada kemasan
  • Nomor hak paten : 149417-201455
  • Visual yang tampak : terdapat dua wayang orang yang sedang berkelahi
  • budaya yang mempengaruhi : Jawa

GALIAN SAMBUNG OYOT

Template :

GALIAN SAMBUNG OYOT

Data teknis :
  • Jenis rancangan : kemasan
  • Jenis produk : pangan (minuman jamu)
  • Nama produk : Galian Sambung Oyot
  • Nama produsen : P.T. Pusaka Kraton
  • Alamat produk : Jl. Dr. Ramelan 36 Kudus (Indonesia)
  • Nomor daftar legal : 201361
  • Lembaga berwenang : DepKes R.I
  • Nomor hak paten : TR 802230481
  • Visual yang tampak : Gambar patung Bali, Orang sedang bekerja, komposisi produk
  • budaya yang mempengaruhi : Budaya Hindu

LUMBUNG PADI


Template :


Links :

LUMBUNG PADI


Data teknis :
  • Jenis rancangan : kemasan
  • Jenis produk : pangan (minuman)
  • Nama produk : Lumbung Padi
  • Nama produsen : UD . TRI HITA KARYA
  • Alamat produk : Denpasar - Bali (Indonesia)
  • Nomor daftar legal : MD 100322003052
  • Lembaga berwenang : Depkes RI
  • Nomor hak paten : MD 100322003052
  • Visual yang tampak : Sebuah pedesaan yang terdapat sawah berumput hijau, dimana pada bagian tengah kemasan terdapat lumbung padi.Pada warna background menggunakan warna hitam.
Links :

MANIS DJANOKO

Template :


PAK AYEM

Template :

MANIS DJANOKO

Data teknis :
  • Jenis rancangan : kemasan
  • Jenis produk : lain-lain ( kertas rokok )
  • Nama produk : Manis Djanoko
  • Nama produsen : Tidak tertera
  • Alamat produk : Tidak tertera
  • Nomor daftar legal : GEDP.4300578047
  • Lembaga berwenang : suku dinas
  • Nomor hak paten : GEDP.4300578047
  • Visual yang tampak : Pada bagian depan kemasan terdapat gambar wayang kulit yang sedang membawa kemasan manis djanoko di tangan kirinya dengan bingkai berbentuk lingkaran warna hitam dan tumbuhan padi dan huruf B di sisi kiri dan kanan. Dengan beckgraund berwana merah putih seperti bendera Indonesia.Sedangkan bagian bawah terdapat kata special dengan bahasa inggris (menunjukkan adanya akulturasi budaya barat dengan Indonesia )
  • Pada bagian belakang kemasan tokoh wayang kulitnya berdiri tegak tanpa membawa kemasan dengan frame tali tambang yang terikat kuat
  • budaya yang mempengaruhi : Eropa barat

PAK AYEM

Data teknis :
  • Jenis rancangan : kemasan
  • Jenis produk : lain-lain (rokok)
  • Nama produk : Pak Ayem
  • Nama produsen : tidak tertera
  • Alamat produk : Semarang (Jawa Tengah)
  • Nomor daftar legal : GDP no. 120297
  • Lembaga berwenang : Suku Dinas
  • Nomor hak paten : 120297
  • Visual yang tampak : Gambar sekitar pegunungan, Gambar seorang Lelaki di bawah pohon besar, data-data produk
  • budaya yang mempengaruhi : Eropa

PHOSPHIDE


Template :
Links :




PHOSPHIDE


Data teknis :
  • Jenis rancangan : kemasan
  • Jenis produk : pangan (racun)
  • Nama produk : Phospide
  • Nama produsen : perusahaan dagang PESAT
  • Alamat produk : Jakarta
  • Nomor daftar legal :2021877
  • Lembaga berwenang :tidak tertera pada kemasan
  • Nomor hak paten :tidak tertera pada kemasan
  • Visual yang tampak : gambar 4 ekor tikus, gambar tengkorak, tulisan "awas racun", singa dengan bola dunia
  • Budaya yang mempengaruhi: Budaya cina dan Budaya Eropa(Inggris)
Links :

THOK CER

Template :

Links :

THOK CER

Data teknis :
  • Jenis rancangan : kemasan
  • Jenis produk : pangan ( minuman jamu )
  • Nama produk : Thok cer
  • Nama produsen : Tidak tertera
  • Alamat produk : Solo-Indonesia
  • Nomor daftar legal : Tidak tertera
  • Lembaga berwenang : Tidak tertera
  • Nomor hak paten : Tidak tertera
  • Visual yang tampak : Terdapat wayang kulit pada sisi kiri dan kanan, di mana pada bagian tengah terdapat wayang berbentuk rumah dengan background awan berwarna merah dan bagunan budaya timur pada bagian bawah wayang.
  • terdapat akulturasi budaya Jawa dan budaya Tionghua. Bagian kanan kemasan terdapat lingkaran berwarna merah dengan gambar singa.
Links :

jamu