Rabu, 03 Oktober 2007

Tikus dan PeceL Lele

Tikus sawah (Rattus Argentiventer) dan mencit sawah (Mus Caroli) adalah jenis hewan pengerat (Rodentia) yang sangat dibenci oleh kebanyakan petani padi di daerah di Indonesia. Jenis tikus yang hobi dan kerjaannya menyerang tanaman padi itu terkenal sebagai pakar menggali liang sehingga dia mampu hidup di lokasi persawahan sepanjang tahun tanpa jeda dan tanpa harus berpindah, tentu saja masih tergantung dengan kondisi tanaman padi tempat tikus tersebut tinggal.Karena gangguan-gangguan dari jenis tikus sawah inilah maka jenis tikus sawah ini sangat dibenci olah para petani, jenis tikus ini sedapat mungkin dibasmi. Beberapa petani berusaha membasminya dengan cara ngopyok-ngopyok dengan menggunakan pestisida. Namun terkadang langkah tersebut tidak banyak membantu dan malah mengganggu keseimbangan ekologis. Makin diberantas tikus makin membandel, mungkin dikira diajak guyon, malah semakin lama tingkat ketahanan dan kekebalan (resistensi) terhadap pestisida semakin tinggi, sedangkan ketahanan tanaman padi-nya sendiri terhadap pestisida tetap pada batas tertentu.Kemudian selang beberapa lama muncul lagi cara baru, yaitu dengan cara memberi umpan yang telah diberi racun phispot. Tetapi sekali lagi si tikus ga kurang akal, melihat temen-temen sesama tikus bergelimpangan, tikus yang lain menjadi tau ada yang tidak beres dengan makanan yang diumpankan tersebut.Sekarang giliran petani lagi yang berpikir, dan akhirnya ditemukan solusinya, umpan diberi racun klerat. Dengan racun klerat ini, tikus yang memakan umpan beracun tidak akan langsung mati, melainkan akan klepek-klepek selama beberapa hari dan baru kemudian akan koit. Dengan cara ini kumpulan tikus bisa dikelabui lebih baik.

Itu tadi adalah cara petani-petani di daerahku untuk membasmi komunitas tikus yang memang biasanya sangat bandel sekali. Tetapi lain lagi dengan cara petani Indramayu untuk menghalau dan membasmi komunitas tikus sawah. Mereka terkesan santai dan malah anak-anak para petani seakan menikmati saat-saat berburu tikus. Usut punya usut ternyata para petani Indramayu membasmi tikus-tikus sawah dengan cara yang nggletek, yaitu dengan menggunakan asap, parang, pentungan, jaring dan perangkap. Atau ada yang dengan cara menggenangi sawah untuk beberapa lama agar tikus sawah keluar semua, baru kemudian ditangkap atau di-koit-kan dengan alat-alat perang petani.

Setelah semua tikus tertangkap, baik dalam keadaan hidup ato mati, kemudian tikus-tikus itu dibawa dan dijual ke peternak ikan lele (catfish), untuk per kilo tikus bisa dijual dengan harga 600 - 700 rupiah. Biasanya per hari kurang lebih kwintalan tikus bisa ditangkap. Peternak lele untuk masyarakat Indramayu adalah terbesar kedua setelah petani padi. Jadi bisa dikatakan Indramayu ini sebagai pusat penghasil lele untuk daerah-daerah di sekitarnya. Nah sekarang bayangin aja bagi para mereka pelahap dan pecinta Pecel Lele, kira-kira si lele itu berasal dari Indramayu atau bukan yah?? auuuw… auuww… Kalo bener dari Indramayu berarti selain makan Lele (catfish) kita juga menyantap si tikus sawah dong…

Links :


Tidak ada komentar: