How R.U. Pak Lesab? “Extra Fine, Thanx Lho!”
ohnny Walker. Jack Daniel’s. Kita boleh tak peduli sosok kedua nama itu karena tak tahu sejarahnya. Yang penting mereka itu kesohor.
Lantas siapa Pak Lesab? Saya juga nggak tahu who’s that guy. A local hero? Wah nanti dulu, local mana? Saya nggak tahu itu kertas sigaret kelas “extra fine” bikinan daerah mana.
Sekarang tataplah Pak Lesab. Belum terlalu tua. Gagah. Jantan. Sorot mata tajam. Berkumis. Hidung nggak pesek. Jemarinya agak lentik (kalau hidup di kota, pantesnya bisa main gitar/piano, dan menggambar), nggak segempal pisang susu sebagaimana jemari centeng komikal dicitrakan.
Kalau kita pinjam setting komik silat lama, Pak Lesab pastilah masih sanggup menggetarkan para gadis dan janda muda (adakah yang salah dengan janda muda sehingga sering buat ejekan?).
Para penikmat rokok tingwé [linting dhewe] mungkin membayangkan dirinya sebagai Pak Lesab yang extra fine, best quality pula, dan hanya beredar di pedesaan yang orangnya jarang ngomong Jaklish [”Jakarta-english” — haha, ini istilah saya].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar