Rabu, 03 Oktober 2007

BREM RAKSASA MADIUN MASUK REKOR MURI

Rabu, 23 Mei 2007 16:40:54

Menurut Imam, pembuatan brem terbesar ini menandakan kerja keras, keuletan dan kemauan masyarakat terhadap suatu karya seni serta bentuk kecintaannya pada negara Indonesia. Ditengah-tengah pesatnya kebudayaan asing masuk Indonesia, maka dibutuhkan satu ketahanan mental yang kuat dari masyarakat untuk membentengi diri dari pengaruh negatif dari budaya itu. “Replika burung garuda menandakan sang pembuat sangat cinta tanah air, itu bisa dijadikan contoh buat generasi muda agar lebih mencintai negaranya, ” katanya.
Salah satu seniman pengukir brem Garuda Pancasila, Kamik Sumiadi mengatakan, ini adalah rekor baru, karena belum ada replika Garuda Pancasila terbuat dari brem dengan ukuran dan diameter sebesar ini. Brem Madiun berbeda dengan brem Bali. Karena Brem Madiun bukan minuman, melainkan jajanan khas yang terbuat dari beras ketan. Kemudian melalui proses tertentu, adonan itu menjadi lempengan-lempengan berwarna kuning keruh.
Untuk membuatnya dibutuhkan ketebalan brem yang lain dari biasanya, karena ketebalan brem yang dijual di masyarakat cuma 1,5 cm. Sedangkan untuk ukiran Garuda Pancasila butuhkan brem dengan ketebalan 20 cm, lebar mencapai 180 cm, berat 500 kilogram dengan total dana pembuatan mencapai Rp 15 juta yang ditanggung Pemkab Madiun dan sponsor.
Pengerjaan brem raksasa memakan waktu 12 hari, dengan 12 tenaga kerja pemasak. Untuk membuat adonan brem, Pemkab Madiun menghabiskan 1.000 kilogram beras ketan, dan 50 kilogram ragi tape. Sedangkan pada tahap pembentukan pengukiran dibutuhkan tiga orang ahli ukir.
Ketika ditanya mengapa bentuk garuda yang dipilih, Kepala Sub Bagian Ekonomi Antar Daerah Dinas Pariwisata Pemkab Madiun, Agung Budiarto mengatakan, burung garuda sebagai lambang negara yang dapat mempersatukan bangsa.
“Sengaja kita pilih Garuda Pancasila, selain sebagai lambang negara Republik Indonesia, lambang ini sangat penuh makna dan diyakini merupakan pemersatu bangsa ini. Kami sangat bersyukur kalau karya Brem Garuda Pancasila ini masuk catatan MURI,” katanya.
Kepala Dinas Pariwisata Propinsi Jatim, Dr Harun MSi MM menambahkan, tujuan MTF untuk menempatkan Jatim dalam peta pariwisata dunia atau sebagai daerah tujuan wisata internasional, regional, dan domestik, sehingga dapat sejajar dengan negara-negara lainnya. Daerah pariwisata yang memiliki potensi adalah Banyuwangi, Madiun, Blitar, dan Lamongan.
“Kebanyakan wisatawan asing hanya mengenal Bali sebagai tujuan wisata, padahal tidak jauh dari Pulau Bali, kita memiliki Kabupaten Banyuwangi yang punya banyak kebudayaan, seni dan panorama yang indah dan unik,” tuturnya.
MTF tahun ini diikuti 74 buyers (pembeli) dari 11 negara yakni Cina, Australia, Singapura, Malaysia, Hongkong, Jepang, Philipina, Thailand, Latvia, Rusia, dan Brunei Darusalam. Dari dalam negeri sebanyak 19 buyers. Sedangkan sellers (penjual) sebanyak 55 pengusaha dari Jatim dan luar Jatim seperti Surabaya, Jakarta, Bali, Lombok, Malang, Bandung, Jogjakarta, Mataram dan Jawa Barat.

Keterangan Foto:
Gubenur Jatim H Imam Utomo didampingi Kepala Dinas Pariwisata Propinsi Jatim, Dr Harun MSi MM (tengah) saat membuka Majapahit Travel Fair (MTF) ke-8 yang berlangsung di Tunjungan Plasa III Surabaya, Rabu (23/5).Foto:toro *(hjr)

Links :

1 komentar:

liheu mengatakan...

sebelumnya saya mw tanya…
berhubung saya jg lg dpt tgs kuliah n sy ngebahas ttg brem…
knapa yah hampir semua merk nya psti memakai kata ’suling’?
apakah suling itu sendiri punya makna tersendiri bg masy caruban, madiun?
hehe…maap ya jd nanya2...kl tau infonya…pliz…sharing2 yakz?!

makasih banyak yaa…