KAJEN- Meski berbagai upaya pemberantasan sudah dilakukan, serangan hama tikus masih terus terjadi. Casbani (45), petani di Desa Bulakpelem, Kecamatan Sragi mengatakan dirinya tidak bisa mendapatkan hasil panen sebagaimana diharapkan karena tanaman padinya serangan hewan tersebut.
Dia baru-baru ini panen hanya sekitar 2 ton gabah dari lahan seluas 8.000 m2.
Jika tak ada serangan tikus, bisa dihasilkan paling tidak 4 ton gabah.
Dia mengatakan, sudah berupaya memberantas tikus dengan obat pembasmi hewan pengerat atau rodentisida. Bahkan, karena serangan hebat, Casbani sampai menggunakan obat celeng.
Sebelumnya, dia mengasapi lubang tikus dengan belerang, namun tetap saja tikus menyerang.
Gropyokan juga pernah dilakukan dia bersama sejumlah petani lain.
"Kalau disarankan untuk menanam padi secara serempak, petani di wilayah kami juga sudah melakukan itu. Tapi tetap saja tak bisa mencegah serangan itu," ujar dia, Kamis (12/4).
Demikian halnya yang sudah dilakukan Karyo (51) dan petani lain di Desa Kebonagung, Kecamatan Kajen.
Mereka bahkan menyatakan putus asa dan tak tahu lagi cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi hama tikus.
Akibat serangan hama itu, dari lahan tanaman padi seluas 2 ha, Karyo memperkirakan hanya bisa menghasilkan sebanyak 5 ton gabah.
Padahal, jika tak dirusak tikus, bisa menghasilkan paling sedikit 10 ton gabah.
Seperti diberitakan Rabu (11/4), tanaman padi di Desa Kalijambe, Kecamatan Sragi dan Desa Mejasem, Kecamatan Siwalan, juga diserang hama tikus.
Data Kantor Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Kabupaten Pekalongan menyebutkan, luas lahan pertanian di Kabupaten Pekalongan 25.471,80 ha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar