Kamis, 17 Januari 2008

Tinjauan Rokok merk Satria

Tinjauan Ekspresifistik

1. Pemaknaan
- Sosok seorang pria pada desain lenting rokok merk ‘Satria’ di gambarkan sebagai seorang petani dewasa berusia 35 tahun-an, usia ini adalah usia yang cukup matang bagi seorang pria yang sudah mempunyai pekerjaan tetap. Terlihat dari kulit yang sudah mulai keriput di sebelah pipi dan pelipis dan raut mukanya yang memperlihatkan sifat ‘kebapakan’.

- Pakaian yang dikenakan oleh Satria sendiri merupakan pakaian khas Madura yang menggunakan kemeja hitam seperti baju koko di luar dan kaus berkerah bulat lebar bermotif garis-garis hitam putih di bagian dalam kemeja. Pakaian ini di gambarkan dalam kemasan karena pemiliknya yang bernama Satria ini sendiri adalah warga asli Madura.

- Cangkul yang diletakkan pada bahu sebelah kirinya dan topi caping yang dipakainya menunjukkan bahwa pria ini berprofesi sebagai petani yang setiap hari harus bekerja menggarap lahan pertaniannya yang banyak menggunakan tenaga sebagai andalannya.

- Bentuk rokok yang berbeda yang masih dipertahankan sampai sekarang merupakan ciri khas dari rokok zaman dahulu yang masih menggunakan tembakau asli dan di linting dengan tangan.


- Asap yang keluar dari rokok tersebut pun merupakan simplifikasi dari asap sebenarnya. Sehingga memberikan kesan kenikmatan saat merokok.


2. Materi Visual


- Gambar yang tertera :
a. Pada kemasan terdapat elemen garis yang membentuk bidang persegi panjang. Pada bidang tersebut termasuk dalam gaya desain De Stijl. Hal ini karena gaya desain De Stijl sendiri memiliki ciri khas kotak-kotak atau memiliki elemen bidang persegi yang dimiliki juga pada kemasan ini. De Stijl sendiri bermula pada tahun 1916 yang berasal dari Belanda yang merupakan suatu seni dan pergerakan desain yang dikembangkan sebuah majalah bernama Sama yang ditemukan oleh Theo Van Doesburg. De Stijl menggunakan warna-warna dasar dan menggunakan komposisi asimetris serta bentuk segi empat yang kuat.



Red and Blue Chair yang dirancang oleh Gerrit Rietveld.

b. Pada kemasan tersebut terdapat Ilustrasi dari seorang lelaki yang memakai topi caping dengan memikul cangkul di pundaknya sambil memegang sepuntung rokok. Sosok tersebut adalah ilustrasi gambaran dari pemilik produk itu sendiri yaitu Satria. Gambaran ilustrasi petani pada waktu itu.

- Tipe huruf :
Tipe huruf yang digunakan pada kata ‘Satria’ adalah tipe huruf serif (yang memiliki kait dan jenis huruf ini memberi kesan modern, kontemporer dan efisien) dan memakai font Bodoni MT. Pada kata ‘Cigarettes Paper ‘ memakai font Eurostile dan termasuk san serif (tidak memiliki kait).

- Warna :
Warna kemasannya termasuk warna primer karena dominan warna kuning cerah. Dapat dilihat pada backgroundnya yang kuning. Dan warna gelap pada warna kontrasnya yaitu hijau tua pekat yang terdapat pada tulisan dan bayangan dari gambar. Selain itu terdapat juga warna putih yang terlihat pada ilustrasi dan font merknya, Satria.Efek :
(treatment) yang digunakan adalah pattern atau pengulangan sketsa pewarnaan bayangan yang masih dilakukan secara manual. Terlihat pada gambar topi caping.

- Formatnya :
Horizontal dan centered, dilihat dari kemasannya yang melebar ke samping dan space bagian samping kiri dan kanan yang sama besar. Selain itu ilustrasinya termasuk dalam format vector karena tidak menggunakan foto sama sekali.

- Material :
Material yang dipakai adalah kertas uncoated. Hal ini karena permukaan kertasnya mirip kertas koran yang agak kasar ketika dipegang.

- Proses produksinya :
adalah dengan menggunakan Matras (bentuk lain dari stempel) atau cap yang bahan dasar alat matrasnya dibuat dari kayu atau bambu. Jadi bungkus kertas rokok Satria yang masih polos diberi stempel satu per satu untuk nantinya baru kemudian dijual.

- Kertas Rokok Satria diadaptasi :
dari Kertas Rokok Cap Djangkar yang berbeda pemilik. Hal ini disebabkan karena Kertas Rokok Cap Djangkar sudah tidak diproduksi lagi. Bentuk kemasannya pun meniru dari kertas rokok sebelumnya yaitu Cap Djangkar yang sudah terlebih dahulu populer.
Tinjauan Instrumentalistik
Konteks sosial yang mempengaruhi desain dari Kertas Rokok Satria adalah lingkungan dimana kertas rokok itu diproduksi. Hal ini dapat dilihat dari ilustrasi tokoh Satria yang digambarkan sedang merokok. Tokoh Satria pada kemasan lenting rokok adalah si pemiliknya sendiri yang digambarkan mengenakan topi petani dan memikul cangkul. Kebiasaan merokok itu sendiri awalnya dibawa oleh bangsa Belanda yang pertama kali menjajah Indonesia kemudian berlanjut pada masyarakat Indonesia.

Kertas Rokok Satria sendiri sering dikonsumsi oleh para petani dan nelayan. Terlihat dari ilustrasi seorang petani yang sangat sederhana. Kebiasaan merokok biasa dilakukan para petani pada waktu senggang atau waktu istirahat sehabis beraktivitas di sawah.

Gambar ilustrasi dan desainnya ditentukan oleh situasi yang ada. Pada Kertas Rokok Satria terdapat salah satu situasi kehidupan petani yang diangkat. Situasi dalam hal ini adalah situasi dimana si petani telah selesai bekerja sambil memikul cangkul dan menikmati sebatang rokok. Pemilihan nama dari produknya pun sangat sederhana, hanya menggunakan nama pemiliknya saja. Karena pada waktu itu suatu produk kalau tidak dinamai nama orang, baik itu nama pemiliknya atau bukan pastilah nama benda atau hewan yang menjadi prioritas.

Desain ini diproduksi karena sebelumnya Bapak Satria merupakan pelanggan tetap dari cap Djangkar. Pada awalnya beliau bekerja sebagai petani, setelah itu ia berganti profesi menjadi penjual lenting rokok pada tahun 1983. Setelah kertas merk cap Djangkar tidak diproduksi lagi. Alasan kertas cap Djangkar tidak diproduksi lagi adalah karena kecelakaan yang dialami oleh si pemilik cap Djangkar (Tjiong Oen Liep) kemudian usaha kertas rokoknya tidak dilanjutkan kembali, setelah kecelakaan itu. Setelah kejadian tersebut timbulah ide dari Bapak Satria untuk menjual lenting rokok karena prospeknya lebih baik, daripada terus menerus menjadi petani. Oleh karena itu bentuk pada kemasan kertas rokok “cap Djangkar” dengan “Satria sangat mirip” karena beliau mengikuti pola dari cap Djangkar.
Links :

Tidak ada komentar: