Cover buku tampak depan (hasil scan)
Penulis : Prof. Kong Yuanzhi
Diterbitkan pertama kali dalam bahasa Tionghoa oleh : Penerbit Universitas Peking, Maret 1999
Pengalih bahasa : Xie Zhiqiong
Prof. Kong Yuanzhi
Xie Yinghua
Penyunting : Xie Zhiqiong
Desain : Anthenrys
Edisi bahasa Indonesia diterbitkan oleh : Penerbit PT Bhuana Ilmu Populer (BIP)
Banyak halaman : 577 halaman
Nama : Kong Yuanzhi
Jenis kelamin : Pria
Tempat/tanggal lahir : Shanghai, Tiongkok/10Mei 1937
Pekerjaan sekarang : Guru besar di jurusan Bahasa dan Kebudayaan Indonesia,
fakultas Studi Ketimuran (oriental Studies), Universitas Peking.
Alamat : Foreign Languages Building, Peking University, Beijing, 100871, Tiongkok
Telepon : 0086-10-62756988
Fax : 0086-10-62751574 / 62482800
E-mail : bip_jkt@cbn.net.id
dari DAFTAR ISI
Kata Sambutan I
Kata Sambutan II
Kata Sambutan III
Kata Pengantar
Bab I
Hubungan Asal-Usul Bangsa Tionghoa dan Bangsa Indonesia
1.1 Manusia Tertua di Kepulauan Nusantara
1.2 Persebaran Orang Melayu Prasejarah
1.3 Dua Jalur Persebaran Orang Melayu Prasejarah
Bab II
Agama
2.1 Hubungan Tiongkok-Indonesia di Bidang Agama di Masa Silam
2.2 Kunjung-mengunjung Umat Agama Kedua Negara Selama Setengah Abad Ini
2.3 Orang Tionghoa Indonesia dan Agama Orang Tionghoa Indonesia
Lampiran 1 : Wihara Dharma Bhakti, Wihara Budha Tionghoa di Jakarta
Lampiran 2 : Klenteng Sam Po Kong di Semarang
Bab III
Sastra
3.1 Sastra Peranakan Tionghoa Indonesia
3.2 Hubungan Budaya Tiongkok-Indonesia Selama Setengah Abad Ini
3.3 Sastra Tiongkok Diterjemahkan ke Dalam Bahasa Indonesia Sejak 1950
Lampiran 3 : Cerita Sam Pek Eng Tay di Indonesia
Lampiran 4 : Terjemahan Karya Sastra Indonesia ke Dalam Bahasa Tionghoa (1949-1999)
Lampiran 5 : Cerita Rakyat Tentang Kunjungan Zheng He ke Indonesia
Bab IV
Bahasa
4.1 Bahasa Kunlun Dalam Sejarah Perkembangan Bahasa Melayu
4.2 Kata Pinjaman Bahasa ionghoa dalam Bahasa Melayu-Indonesia
Lampiran 6 : Kata Pinjaman Bahasa Tionghoa Dalam Bahasa Melayu-Indonesia
4.3 Kata Pinjaman Bahasa Melayu Dalam Bahasa Tionghoa
Lampiran 7 : Kata Pinjaman Bahasa Melayu dalam Bahasa Tionghoa
4.4 Orang Tionghoa Indonesia dan Kelahiran Bahasa Indonesia
4.5 Kamus Dwibahasa (Indonesia-Tionghoa,Tionghoa-Indonesia) dan Lain-lain
Lampiran 8 : Kamus-kamus Indonesia-Tionghoa dan Tionghoa-Indonesia (1878-2000)
Bab V
Kesenian, Olahraga, dan Bangunan
5.1 Musik dan Tari
5.2 Drama dan Film
5.3 Silat Wushu dan Qikung
5.4 Arsitektur, Ukiran, Lukisan, dan Sebagainya
Lampiran 9 : Klenteng Keturunan Tionghoa di Indonesia
Bab VI
Kedokteran dan Teknik Produksi
6.1 Kedokteran dan Obat-obat Tradisional Tiongkok
6.2 Penambangan dan Alat-alat dari Logam
6.3 Pelukuan Tanah, cara bercocok tanam, dan Perikanan
6.4 Pembuatan the, Kertas, dan Pertenunan Sutra
6.5 Pembuatan Gula, Arak, dan Minyak
6.6 Pembuatan Kapal
6.7 Pembuatan Mesiu, Senjata Api, dan Lain-lain
Bab VII
Alat-alat Keperluan Hidup dan Adat-istiadat
7.1 Tembikar dan Keramik
7.2 Mata Uang dan Sukatan
7.3 Pertenunan, Pakaian, Percetakan, dan Pencelupan
7.4 Barang kebutuhan Sehari-hari, Masakan, dan Adat Istiadat
Bab VIII
Hubungan Persahabatan Kerja sama, dan Pertukaran Budaya Tiongkok-Indonesia Selama Belasan Tahun Terakhir
Bab IX
Ciri-ciri, Arti Penting, dan Prospek Hubungan Kebudayaan Tiongkok-Indonesia
9.1 Ciri-ciri Hubungan Kebudayaan Tiongkok-Indonesia
9.2 Makna dan Prospek Hubungan Budaya Tiongkok-Indonesia
Kepustakaan A
Kepustakaan B
dari KATA SAMBUTAN
Prof. Dr. Sukamdani S. Gitosardjono
Bertepatan dengan ulang tahun ke-55 terjalinnya hubungan diplomatik RI-RRT (1950-2005), kami sangat senang dengan terbitnya buku berjudul Silang Budaya Tiongkok-Indonesia (edisi Bahasa Indonesia), karya Prof. Kong Yuanzhi.
Karya ini berisi silang budaya antara Indonesia dan Tiongkok secara histories, kronologis, dan menyeluruh meliputi hubungan etnik, agama, sastra, bahasa, kesenian, olahraga, arsitektur, ilmu pengobatan, teknologi produksi, alat dan perkakas, serta adat istiadat kehidupan. Yang lebih penting lagi, karya ini menyoroti pula hubungan persahabatan dan kerjasama serta pertukaran budaya Indonesia-Tiongkok setelah pemulihan hubungan diplomatik kedua Negara (1990). Sebagai penutup, Prof. Kong menguraikan ciri-ciri, arti penting dan prospek silang budaya kedua bangsa kita. Karya ini dapat dikatakan sebagai sebuah karya akademis yang paling lengkap dan berbobot mengenai silang budaya kedua tetangga dekat
Prof. Kong Yuanzhi yang lahir di Shanghai (1937) adalah seorang guru besar bahasa dan budaya Indonesia di Universitas Peking dan sarjana peneliti masalah Indonesia kenamaan di Tiongkok. Tamat dari Jurusan Bahasa Indonesia, Fakultas Bahasa-bahasa Timur Universitas Peking pada tahun 1961. Ia menerima penataran Bahasa Indonesia di Universitas
Dari bahan-bahan historis karya ini, dapat kita lihat bahwa hubungan budaya kedua bangsa kita sudah terjalin jauh sejak zaman prasejarah. Hubungan ini memainkan peranan sangat positif tidak saja bagi perkembangan dan kepentingan kedua bangsa, tetapi juga bagi perkembangan dan kepentingan seluruh kawasan ini.
Kami yakin , penerbitan buku Prof. Kong Yuanzhi di
dari KATA PENGANTAR
Bahasa Indonesia merupakan “bahasa Italia di Timur”, dan bahasa Italia sendiri dianggap sebagai bahasa yang paling merdu di dunia. Demikian kata dosen Jurusan Bahasa Indonesia kepadanya.
Pada bulan September 1956, Presiden Soekarno diundang melakukan kunjungan kenegaraan ke Tiongkok dan berpidato di
Sekembalinya ke Universitas Peking, Prof. Kong berkata dalam hatinya Indonesia indah, kebudayaannya cemerlang, sumber alamnya melimpah, rakyatnya cerdas, heroik dan bersahabat, pemimpinnya hebat. Ah, tunggu apa lagi? Pilihlah jurusan Bahasa Indonesia! Maka sejak tahun 1956, dia mulai berkecimpung di bidang bahasa dan kebudayaan
Pada tahun 1960, ia mulai tertarik pada hubungan budaya Tiongkok-Indonesia. Yang pertama-tama membuat menarik baginya adalah kata pinjaman antara bahasa Tionghoa dengan bahasa
Dia merasa beruntung mendapat kesempatan riset di Fakultas Sastra Universitas
“Berapa harga buku ini?” tanya Prof. Kong.
“Gocap,” kata si penjual.
“Apa? ‘Gocap’?” tanyanya bingung.
“Eee, dari logat lu, lu dari Tiongkok. Orang
“O, aku dari
Sebagai cendekiawan yang sudah belajar Bahasa Indonesia di Universitas Peking selama lima tahun, dia merasa malu karena tidak tahu “gocap”, “cepek”, “ceceng”, dan sebagainya. Maklum, karena yang diajarkan di Universitas Peking adalah bahasa
Pada tahun 1986, Prof. Kong berhasil menulis suatu makalah yang melampirkan daftar yang mencatat 507 kata pinjaman bahasa Tionghoa dalam bahasa Melayu berdasarkan penelitiannya pada delapan kamus, antara lain Kamus Umum Bahasa Indonesia, Kamus Modern Bahasa Indonesia, Kamus Dewan, A Malay-English Dictionary, dan sebagainya. Selain itu, dibahas pula sebab-musabab banyaknya kata pinjaman dialek Fujian Selatan dalam bahasa Melayu/Indonesia.
Makalahnya dalam bahasa Inggris itu telah dimuat di jurnal Belanda Bijdragen Tot de Taal, Land- en Volkenkunde, No. 4, 1987, dan mendapat penghargaan tertulis dari Prof. Dr. A. Teeuw sebagai dosen pembimbingnya di Universitas Leiden, Belanda (1986-1987). Menurutnya, makalah itu “is on an international level of good scholarship” (A. Teeuw, Leiden, 9 Juni 1986). Sebagai hasil pembahasan selanjutnya, Prof. Kong menemukan 1046 kata pinjaman bahasa Tionghoa dalam bahasa Melayu. Makalah itu dimuat di jurnal Dewan Bahasa
Selama ini, dia sudah berkunjung ke
“Budaya” dalam pengertian sempit mengacu kepada hasil kegiatan dan akal budimanusia seperti sastra, seni, pendidikan, kepercayaan, adat istiadat, dan sebagainya. Sedangkan “budaya” dalam pengertian luas mengacu kepada keseluruhan pengetahuan dan penciptaan manusia baik mengenai rohani maupun berkaitan dengan materi. Bukunya ini mengambil perngertian luas tersebut.
Bangsa
Dalam buku ini, di satu pihak diuraikan berbagai pengaruh budaya Tionghoa terhadap Indonesia (misalnya, kata-kata tahu, taoge, kue, kecap, klenteng, capcai, angpao, bakiak, dan sebagainya adalah kata pinjaman bahasa Tionghoa dalam bahasa Melayu/Indonesia), dibeberkan pula pengaruh budaya Indonesia terhadap Tionghoa di lain pihak. Misalnya, kata-kata pinang, sarung, durian, sagu dan sebagainya dalam bahasa Tionghoa dipinjam dari bahasa Melayu/Indonesia.
Porselen di Jingdezhen (Tiongkok) terkenal di dunia. Namun, peningkatan kualitas porselenn itu berkaitan dengan pemanfaatan bahan
Bukunya yang berjudul Hubungan Budaya Tiongkok-Indonesia (edisi bahasa Tionghoa) telah diterbitkan oleh Peking University Press (1999). Atas dasar itu, telah ditambah banyak data baru yang kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Bp. Xie Zhiqiong, Bp. Xie Yinhua dan Prof. Kong sendiri. Dan akhirnya buku ini dapat diterbitkan di
(foto bawah) Pintu depan kelenteng Sam Po Kong, Semarang, Jawa Tengah
Klenteng Tong Kang memperingati pengemudi rombongan kapal Zheng He
Kelenteng Ronggeng Sam Po Kong di Ancol, Jakarta. Dimana didirikan patung pemasak rombongan Zheng He serta istrinya penari indonesia Sitiwati
Tari Bali (lukisan oleh Wong Hui)
Tembikar berkuping dua Dinasti Han, ditemukan di Pendagri, pantai timur Sumatra.
Keramik berlukiskan naga dan Phoenix di Singkawang, Kalimantan Barat Porselen Tiongkok masa silam di Museum Jakarta (Foto Prof. Hembing W) Presiden Liu Shaoqi dijamu oleh Presiden Soekarno di Indonesia (1963)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar